Subscribe:
    Subscribe Twitter Facebook

    Selasa, 07 September 2010

    Hanung Berharap Islam Dipandang Tidak Terlalu Bombastis

    Kapanlagi.com - Baru pertama kali menggarap film biografi, Hanung Bramantyo agak deg-degan. Pasalnya, dia cemas para penonton akan bosan ketika menonton film SANG PENCERAH yang mengisahkan kehidupan Ahmad Dahlan ini.

    "Pada saat saya nonton, saya sudah mulai gelisah. Saya pikir film ini sangat lambat karena tadi sempat ada yang nerima telepon dan ada yang BB-an. Semoga film ini tidak membosankan," kata Hanung ketika ditemui di preskon film teranyarnya itu di Indo Chine, FX Plaza, Sudirman, Jumat (03/09).

    Apalagi, dalam film yang mengisahkan perjalanan Ahmad Dahlan dari kecil sampai mendirikan Muhammadiyah ini memerlukan interpretasi sejarah yang cukup banyak. Pasalnya, data mengenai Ahmad Dahlan tidak banyak dan tidak cukup lengkap.

    "Susah, saya juga tidak tahu apakah Ahmad Dahlan karakternya seperti itu. Tapi dari kalangan Muhammadiyah bilang kalau Ahmad Dahlan itu mirip Pak FR Fachrudin, mantan ketua PP Muhammadiyah. FR Fachrudin dicintai banyak orang, dia pun memimpin PPM terlama, orangnya santun, marah pun cenderung diam atau melakukan sindiran-sindiran yang lucu. Nah, Ahmad Dahlan ini mirip FR Fachrudin, jadi saya melihat dari Bapak FR Fachrudin," kisah Hanung.

    "Saya kotak-katik bahwa orang sekelas Kiai Dahlan, siapapun yang membuat organisasi yang umurnya sampai 100 tahun adalah orang yang nggak main-main. Dari figur itu saya suruh Lukman untuk mendalami itu. Dan labilnya, Kiai Dahlan umur 15 tahun itu tidak ada datanya. Dan tugas kita adalah merepresentasi, sejarah adalah interpretasi kita saja," tambahnya.

    Lalu apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh Hanung saat membuat film ini?

    "Pesan dari film ini yang jelas saya pengen Islam dipandang jangan terlalu bombastis. Buat saya, jangan lebay. Yang dimaksud rahmatan lil alamin adalah bisa bekerja sama dengan siapapun, sama seperti menikmati musik. Maka dari itu, bahwa seperti Kiai Ahmad Dahlan, dia seorang egaliter ketika dia menghadapi orang yang bukan Islam, seperti saat orang Belanda membiarkan muridnya menghina Ahmad Dahlan," tegas Hanung. (kpl/wwn/npy)

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Just Example Ads